Perjuangan

Dimulai saat aku lulus dari SD.
Saat aku SD dulu begitu banyak cita-cita yang ingin ku raih. Hingga banyak cit-cita yang tidak bertahan lama.
Mulai ingin menjadi seorang Polisi wanita, Dokter, Tentara, Guru ngaji. Dan banyak lainnya. Cita-cita itu pun kandas hilang dengan berjalannya waktu.




Perubahan cita-cita membuatku galau saat memasuki SMA kelas XI. Dimana kejuruan sudah harus dipilih. IPA, IPS, atau AGAMA. Saat itu aku labil apa yang benar-benar cocok dan sesui dengan keinginanku, cita-citaku dan juga potensiku. Pusing bukan kepayang.
Dan aku memilih jurusan Agama saat ditanya oleh guru BK.
Tak selang beberapa minggu aku memutuskan untuk mengganti dari jurusan Agama menjadi IPS.
Itu pun belum berakhir, hingga pada saat UAS aku di tegor oleh guru Kimia kelas X. "Widi, kamu yakin ndak mau masuk IPA saja? Nilai mata pelajaran IPA cukup bagus loh. Apa ndak sayang". Ujar beliau.
Teng tong teng... Ya Allah aku saat itu benar-benar di puncak ke- labilan. Antara seneng sama bingung IPA atau IPS??
Akhirnya aku memutuskan untuk mengambil jurusan IPA.

Ya Allah milih jurusan sekolah saja aku sudah bingung. Gimana milih calon imam buat masa depan.. Gubrakk.. (lagi ngelamun)

Alhamdulillah

Akhirnya perjuangan 3 tahun bersekolah, berlari-larian karena udah denger bel, pura-pura izin ke kamar mandi padahal ke kantin, karna males sama pelajaran dan banyak kenakalan lainnya.
Berakhir dengan kelulusan.. Alhamdulillah

Setelah kelulusan itu bukan berati aku hilang beban. Justru aku tambah bingung. Musti kuliah dimana? Ambil apa? Jauh apa dekat? Ada biaya atau tidak. MasyaAllah

Sempat aku putus asa, karena setelah kelulusan aku menanyakan kepada orangtua ku perihal kuliah. Beliau menjawab. Mungkin ndak sekarang ya nduk.. Ibu bapak lagi banyak keperluan. Belum juga untuk bayar sekolah adikmu dulu. Sontak hatiku sakit, putus asa, dan juga kasihan dengan keadaan orangtua ku.

Menangis

Aku bukan orang yang kuat. Aku menangis pada saat itu. Tapi aku malu . Sudah banyak pengorbanan yang mereka lakukan selama ini.
Dan akhirnya ku putuskan untuk bekerja sembari menunggu Ijazah ku keluar.
2 bulan bekerja dan Ijazah pun sudah keluar, aku memutuskan untuk pergi merantau dengan kawan satu kosan ku. Yang mengabarkan ada lowongan pekerjaan disana.
Tanpa berfikir panjang akupun langsung membuat surat resign dari tempat ku bekerja.

Tak lama kemudian kawanku memberi kabar bahwa info lowongan pekerjaan tersebut adalah tipuan. Alhasil tidak jadilah aku pergi merantau.

Ibu

 Dan pelabuan kekecewaanku ya pelukan ibu, yang selalu memberikan ketenangan dan kedamainan :D yaa pokoknya begitu dah. Kalo ngga percaya coba aja sendiri pasti jawabannya beda-beda :D

Disitulah aku mengadukan segala keluh kesah dan kekecewaan. Ibu ku bilang. "Udah ngga papa buat jadi pelajaran, biar ngga gegabah ambil keputusan. Jangan mikirin harus kerja apa dan lain-lain. Istirahat aja dulu sekalian temenin Ibu kan, mumpung dirumah. Biasanya kamu cepet ninggalin ibu, paling pulang dari kosan dirumah cuma sehari dua hari".
Nggeh Buk...
Nanti kalau memang mau merauntau ya ndak apa-apa bareng aja sama Bapakmu, pakai gaya-gayaan mau ke Jakarta sendiri. Wong belum punya pengalaman kesana kan. Ibu cuma khawatir nduk..
Iya Buk..

Hingga akhirnya aku ikut Bapak ke Jakarta dan sempat beberapa minggu jadi pengangguran :D. Dan Alhamdulillah dapet pekerjaan yang ngga jauh..

Setelah satu tahun bekerja, aku ingin mewujudkan impianku, untuk sekolah lagi.
Qodarullah aku bisa kuliah dengan uangku sendiri. Alhamdulillah..


Apappun bentuk perjuanganmu syukuri saja, bukan karena Allah tidak sayang, justru karena Dia sayang, kita di beri ujian yang lebih berat. 
Apapun jalannya tetap husnudzon karena mungkin inilah jalan yang Allah takdirkan menuju kenikmatan. :)

Facebook : Widy Mahabbahfillah
Instagram : Widy_widiyana
Blog : nurwidiaastuti.blogspot.co.id

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HIDUP SESUAI KAPASITAS DIRI

Beranjak Dewasa

Manusia dengan berbagai karakter